Jurnal Refleksi Minggu Ke-14 Model 4f Pembelajaran Sosial dan Emosional

4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat
diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang
terjadi pada saat penulisan jurnal):

  1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini
    atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam
    proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses
    pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala
    tersebut?
    Pendidikan Guru Penggerak
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – Maret 2021
  2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa
    yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang
    membuat Anda memiliki perasaan tersebut.
  3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru
    yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
  4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal
    serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari
    peristiwa ini.
  1. Facts (Peristiwa)

Pada minggu ke 14 ini Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) memasuki fase elaborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan aksi nyata dan terakhir adalah pelaksanaan post test paket modul 2. Pada sesi Elaborasi Pemahaman saya dan teman-teman CGP lainnya mendapatkan penguatan materi Pembelaaran Sosial Emosional dari instruktur. Dari pemaparan instruktur saya lebih memahami tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dan bagaimana penerapannya pada pembelajaran di kelas. Implementasi pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sangat beragam dan disesuaikan dengan karakteristik bentuk PSE yang akan diterapkan. PSE dapat diterapkan secara rutin, terintegrasi pada pelajaran atau secara protokol.

Pada sesi koneksi antar materi saya mengaitkan materi PSE ini dengan materi pembelajaran Berdiferensiasi . Pembelajaran Berdiferensiasi terintegrasi dengan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Keduanya merupakan cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran sosial dan emosional  ini diawali dengan kesadaran penuh bahwa   tidaklah cukup apabila murid hanya mengembangkan kemampuan kognitifnya saja. Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam keberhasilan akademik maupun kehidupan  seseorang.  Sebagai pendidik yang berinteraksi dengan murid dan orang dewasa di lingkungan sekolah Pembelajaran sosial dan emosional  ini diawali dengan kesadaran penuh bahwa   tidaklah cukup apabila murid hanya mengembangkan kemampuan kognitifnya saja. Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam keberhasilan akademik maupun kehidupan  seseorang.  Sebagai pendidik yang berinteraksi dengan murid dan orang dewasa di lingkungan sekolah. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional saya terapkan dalam Aksi Nyata PSE dengan melibatkan murid secara langsung. Dari aksi nyata yang saya lakukan dapat dijadikan refleksi pada pembelajaran berikutnya.

2. Feelings (Perasaan)

Saya menemukan sesuatu yang baru dan sangat luar biasa saat saya mempelajari pembelajaran sosial emosional. Saya termotivasi untuk segera menerapkannya dalam pembelajran di kelas. Sebagai guru saya dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal melalui suasana belajar dan proses pembelajaran yang sistematik,  menyeluruh, dan seimbang. Pembelajaran yang menghasilkan pengalaman belajar yang dilandasi  kasih sayang, perhatian yang berkualitas,  keterbukaan,  rasa ingin tahu,  sikap apresiatif dan semangat bertumbuh, yang dilakukan secara  mandiri maupun bergotong-royong. Saya merasa optimis jika saya menerapkan pembelajaran sosial dan emosional di kelas maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan murid, murid dan murid dan antar sesama warga sekolah. Murid akan merasa nyaman belajar sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai.

3. Findings (Pembelajaran)

Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara  dalam bukunya “Bagian Pertama : Pendidikan (2011) mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya. 

Selaras dengan pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara,  Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh adalah upaya untuk  menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong  bertumbuhnya budi pekerti, selain aspek intelektual. Lewat Pembelajaran Sosial dan Emosional, murid diajak untuk  menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami  berbagai pengalaman belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional ini selaras dengan pendidikan karakter. Pembelajaran Sosial Emosional yang dikembangkan dalam 5 kompetensi sangat mendukung dan relevan dengan gerakan pendidikan karakter. Mulai dari kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

4. Future (Penerapan)

Setelah saya mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional, maka saya akan merancang pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) Berdiferensiasi terintegrasi pembelajaran sosial emosional. Dalam rancangan pembelajaran ini saya mencoba menggunakan model pembelajaran Galery Walk. Akan dibentuk kelompok sesuai dengan hasil pemetaan kebutuhan belajar murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi pembelajaran sosial emosional dengan model pembelajaran galery walk maka murid akan belajar sesuai dengan minat dan profil belajarnya. Adapun strategi pembelajaranya adalah difokuskan pada proses dan produk. Saat akan memulai pembelajaran saya akan mengecek kehadiran murid dengan cara yang tidak seperti biasanya saya lakukan. Saya akan meminta murid menyebutkan nama dan menggambarkan perasaannya saat itu. Penting bagi saya untuk mengetahui perasaan dan kondisi murid saat pembelajaran agar saya dapat memastikan bahwa murid-murid merasa nyaman saat melaksanakan pembelajaran dan tentunya akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pembelajaran sosial emosional ini penting karena saat kompetensi sosial emosional murid berkembang maka aspek akademik merekapun berkembang. Mengabaikan perkembangan sosial dan emoional akan berdampak buruk

Posted on April 21, 2022, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar