Jurnal Refleksi Minggu Ke-10 Model 4F-Pembelajaran Berdiferensiasi Modul 2.1.a.10

  1. Facts (Peristiwa)

Minggu ini, hari selasa tanggal 22 Februari 2022, saya jadwal mengajar di kelas XI MIPA 1. Pembelajaran dimulai pada pukul 9.00 WIB- 9.45 WIB. Karena pandemi ternyata belum berakhir dan covid meningkat lagi maka pembelajaran dilaksanakan secara online dengan durasi waktu setiap mata pelajaran hanya 45 menit. Dengan waktu yang sangat pendek tentunya guru harus benar-benar bisa mengatur waktu agar apa yang sudah dituangkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat terlaksanakan. Materi yang sedang dibahas di minggu ini adalah tentang praktik ekonomi dalam Islam. Pada minggu sebelumnya saya sudah membagi murid menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok saya beri tugas untuk membuat power point dan hasilnya nanti dipresentasikan dan didiskusikan dengan kelompok lainnya. Setiap kelompok saya beri tema yang berbeda. Saya beri murid kebebasan untuk menuangkan ide-ide mereka tanpa saya batasi dengan harus mengikuti apa yang saya inginkan,karena saya ingin menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang memperhatikan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi yang saya rancang adalah diferensasi konten dan produk, dengan memetakan terlebih dahulu minat dan profil belajar murid.Karena kalau untuk kesiapan rata-rata murid baru menerima materi ini di kelas XI. Jadi benar-benar materi yang baru akan mereka pelajari. Saya beri batas waktu 1 minggu untuk menyelesaikan power pointnya dan pada pertemuan selanjutnya setiap kelompok sudah siap untuk presentasi. Saya ingatkan murid-murid untuk berbagi tugas.Siapa yang menyiapkan bahan materi,siapa yang akan mendesain power pointnya dan siapa saja yang akan presentasi dan jadi moderatornya. Akhirnya tibalah saatnya hari selasa. Dari pukul 08.00 WIB saya sudah share link google meet sambil mengingatkan murid-murid untuk tidak terlambat gabung dan sudah harus siap dengan power point yang akan dipresentasikan. Pukul 8.45 WIB link sudah saya buka,saya tunggu murid-murid gabung di gmeet. Tapi yang terjadi sampai pukul 09.10 yang gabung baru mencapai 60%. Karena khawatir waktu akan habis akhirnya saya memulai pembelajaran. Saya mulai dengan doa seperti biasa dan mengecek kehadiran. Banyak juga murid yang tidak hadir dan tidak ada pemberitahuan dari wali kelas,meskipun ada 2 orang yang sudah diinfokan oleh wali kelas bahwa kedua murid tersebut sakit,sisanya tanpa ada pemberitahuan. Presentasi pun dimulai. Kelompok yang tampil pertama adalah kelompok 1. Saya persilahkan mereka untuk presentasi tapi sampai 10 menit saya tunggu tidak ada satupun murid yang tampil. saya panggil-panggil nama-nama anggota kelompoknya tidak ada yang menyahut.mereka semua off camera padahal perjanjian setiap pembelajaran harus on camera. Akhirnya saya putuskan untuk berlanjut ke kelompok 2 yang harus tampil. Kelompok 2 tampil pun mereka terlihat sekali tanpa persiapan dan anggota kelompoknya pun tidak lengkap. Tampak sekali mereka pun tidak menguasai materi yang akan dipresentasikan. Selesai kelompok 2 tampil kembali saya panggil kelompok 1, ternyata kelompok 1 yang hadir hanya 2 orang. Pembagian kelompok seharunya setiap anggota ada 7-8 orang tapi untuk kelompok 1 hanya ada 4 orang, dan itupun yang hadir hanya ada 2 orang. Dan yang 2 orang inipun tidak memiliki power point yang harus dipresentasikan alasannya ada di temannya yang tidak hadir. Saya kecewa dan akhirnya saya pun marah. Saya tutup pembelajaran meskipun masih ada sisa waktu karena saya merasa suasana pembelajaran sudah tidak kondusif.

2. Feelings (Perasaan)

Saya kecewa dengan ketidak disiplinan murid-murid. Bagaimana mereka bisa menguasai materi jika power pointnya saja mereka tidak punya, pikiran itu yang berkecamuk dalam benak saya. Kecewa dan marah saya sudah tersulut dari awal saat mereka hadir gmeet pun terlambat. Saya bentak-bentak mereka selama sisa waktu yang ada . Saya juga mengancam tidak akan memberi mereka nilai untuk semua murid, termasuk kelompok 2 yang sudah tampil presentasi . Alasan saya waktu itu, mereka tidak tampil maksimal dan anggotanya tidak lengkap. Saya merasa murid-murid saya menyepelekan mata pelajaran yang saya ajar yaitu Pendidikan Agama Islam & BP. Saya katakan kepada murid-murid saya kedepannya hanya akan mengajar bagi murid-murid yang mau belajar saja. Tiba-tiba ada murid perempuan yang bicara, dia meminta maaf atas perwakilan teman-teman sekelasnya dan berjanji akan lebih displin lagi.

3. Findings (Pembelajaran):

Jujur saya juga kaget dengan sikap emosionalnya saya saat itu. Saya tidak menghargai kelompok lain yang sudah tampil dan kelompok yang sudah siap tampil. Waktu saya habiskan untuk meluapkan kemarahan bukan memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang sudah siap. Padahal yang salah hanya 1 kelompok dan beberapa murid yang tidak hadir tapi imbasnya kepada seluruh murid. Saya merasa sudah berlaku tidak adil kepada mereka. Ketua kelas pun ngechat saya menyampaikan permohonan maaf dan berjanji akan mengajak teman-temannya untuk lebih displin dan sungguh-sunggguh dalam belajar. Berjanji untuk berubah menjadi lebih baik. Saya sebenarnya saat setelah mengikuti diklat calon guru penggerak merasakan bisa menjadi lebih sabar dan bijak dalam menghadapi murid, bisa lebih memahami dan mengenal karakter murid. Dari awal saya menjadi guru tidak pernah saya membentak-bentak mereka apalagi kepada murid yang tidak bersalah. 24 tahun saya mengabdi menjadi guru, selama ini dikenal oleh murid-murid guru yang nyaman untuk diajak curhat, guru yang tidak membebani murid dengan tugas dan selalu memaafkan jika ada kesalahan. Saya malu kepada diri sendiri, apalagi setelah 2 orang murid menyampaikan permohonan maaf karena sudah membuat saya jadi meluap-luap. Saya akui kondisi fisik saya memang sedang tidak fit saat mengajar. Kaki saya baru saja dioperasi karena jatuh dan saya belum bisa berjalan normal. Saya juga saat itu lagi batuk flu. Apakah karena kondisi fisik yang tidak fit menyebabkan psikis saya juga terganggu?. Ketua kelas juga memberitahu saya bahwa rata-rata murid tidak siap karena mereka juga harus mengerjakan tugas-tugas dari guru lain yang batas waktunya bersamaan.

4. Future (Penerapan)

Saya tersadar, beban belajar murid-murid saat pandemi seperti ini lebih berat daripada biasanya. Belajar dengan moda daring sudah merupakan perjuangan tersendiri, terlebih jika tugas dari guru-guru juga tetap banyak. Sementara itu, beban guru juga sama banyaknya. Saya mulai kehabisan ide untuk mengajar dengan kreatif tapi tanpa menambah berat mereka. Saya pun beristigfar berkali-kali setelah itu. Barulah saya menyadari, kemarahan saya merupakan akumulasi dari semua kejadian selama pandemi ini. Sudah di pucuk ubun-ubun, istilahnya. Selama ini saya tidak pernah membentak murid bukan berarti saya tidak pernah merasakan marah. Justru saya sering kesal dengan murid-murid yang jarang ikut Zoom aau Gmeet, apalagi terlambat terus dalam mengumpulkan tugas. Tapi semua selalu saya simpan. Mungkin kemarin adalah puncaknya, ditambah dengan kondisi kesehatan saya yang sedang tidak fit. Kesalahan saya adalah saya merasa tidak dihargai padahal dalam kondisi sakit tapi tetap melaksanakan kewajiban mengajar. Perasaan itu seharusnya tidak perlu ada. Seharusnya saya tidak melakukannya dan murid-murid saya menjadi korban. Minggu depan adalah modul tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya menaruh harapan besar pada modul tersebut. Saya harap saya bisa belajar banyak dari modul tersebut agar bisa mengatur emosi saya dengan lebih baik dalam kondisi apapun. Saya ingin tahu bagaimana menempatkan posisi sebagai guru yang profesional yang tidak mencampurkan masalah pribadi dengan tugas saya sebagai guru disaat saya berhadapan dengan murid. Saya juga akan mencari tahu bagaimana saya bisa menjaga semangat/motivasi murid saya selama pembelajaran jarak jauh ini. Saya yakin, mereka pun perlu penguatan dari segi batinnya. Saya ingin menciptakan suasana kelas yang nyaman bagi murid-murid.

Posted on Maret 4, 2022, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar