Category Archives: Diklat CGP

Koneksi Antar Materi _Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (Modul 1.1.a.9.)

A. Koneksi Antar Materi

Asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah bahwa pengajaran memiliki makna proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar dia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Ki Hajar dewantarapun menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam kemasyarakatan.

Tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu Pendidikan hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya, hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara tentang perubahan Pendidikan, ada 3 kerangka yaitu :

  1. Kodrat keadaan yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah keadaan atau tempat. Kodrat zaman yaitu meskipun alamnya sama tapi akan berbeda sesuai dengan zamannya.
  2. Prinsip melakukan perubahan menerapkan Asas TRIKON yaitu Kontinuitas, Konvergensi dan Konsentris.

Kontunitas memiliki makna kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam bergerak maju ke depan kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat.

Konvergensi memiliki makna perubahan-perubahan yang dilakukan harus menuju pada satu titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan.

Konsentris memiliki makna Pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pembelajar, karena setiap orang berputar dan beredar sesuai orbitnya.

    3. Adanya perubahan budi pekerti. Budi adalah cipta,rasa dan karsa. Pekerti adalah tenaga. Olah cipta, olah rasa,olah karsa dan olah raga yaitu menajamkan pikirannya, menghaluskan perasaannya, menguatkan kemauannya dan menyehatkan jasmaninya. Semuanya harus holistik. Jika pendidik bisa holistic memadukannya maka akan terjadi kesempurnaan budi pekerti membawa anak pada kebijaksanaan.

      Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah proses pembelajaran yang berorientasi kepada anak (peserta didik). Pendidikan dan pendidik yang memandang anak dengan rasa hormat, bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati anak, tidak untuk meminta suatu hak tapi untuk berhamba pada sang anak.

      Dalam proses pembelajaran ini pendidik diumpamakan sebagai petani dan peserta didik sebagai bibit. Petani merawat, menyirami, menyiangi gulma dan memberi pupuk agar bibit kelak bisa berbuah baik dan banyak.Petani tidak bisa merubah bibit anggur menjadi mangga. Melalui tuntunan, bimbingan dan arahan yang baik maka pendidik bisa merubah budi pekerti peserta didik dengan cara menajamkan pikirannya, menghaluskan persaannya dan memperkuat kemauannya sehingga peserta didik dapat meraih kebahagiaan yang setinggi tingginya dan mencapai kesempurnaan budi pekerti membawa peserta didik pada kebijaksanaan.

Semboyan Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan adalah Ing Ngaro Sung Tulodo,Ing Madya Mangun Karso Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo memiliki makna bahwa seorang guru di depan harus menjadi teladan bagi anak didiknya, baik sikap maupun pola pikirnya. Tahapan ini adalah tahapan pembentukan karakter. Dengan teladan yang baik maka diharapkan peserta didikpun memiliki perilaku yang baik.

Ing madyo mangun Karsa memilki makna bahwa bila guru berada di antara peserta didik maka guru harus mempu memberikan inspirasi dan motivasi kepada peserta didiknya sehingga peserta didik diharapkan bisa lebih giat dalam belajar dan  dapat mencapai apa yang mereka cita-citakan. Pada tahap ini peserta didik diharapkan bisa kreatif dan inovatif dalam pembelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya.

Tut Wuri handayani memiliki makna bahwa guru harus memberi dorongan kepada peserta didik untuk bisa memunculkan bakat dan minatnya, berani menyampaikan pendapatnya dan berdiskusi dengan temannya.

B. Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Setelah saya mempelajari dan merefleksikan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara, ada beberapa hal penting yang saya jadikan pedoman dalam melaksanakan tugas saya sebagai pendidik.

  • Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

      Awalnya saya memiliki pemahaman bahwa tugas guru adalah mentransfer pengetahuan. Peserta didik akan dikatakan pintar jika dia bisa mengerjakan dengan benar soal-soal ulangan. Peserta didik akan dikatakan disiplin dan baik jika dia mengerjakan tugas sesuai dengan yang diperintahkan oleh guru. Saya akan merasa sudah tuntas pembelajaran jika sudah mencapai target kurikulum. Peserta didik saya tuntut untuk menguasai semua materi yang saya ajarkan sesuai dengan yang saya inginkan.

      Dalam kegiatan belajar mengajar saya memperlakukan semua anak,tanpa memperhatikan bakat dan minta anak. Semua itu terpolakan dalam benak saya kerena saya menganggap bahwa peserta didik adalah anak yang masih bersih, ibarat kertas putih yang masih kosong, karena saya mempelajari teorinya john locke yaitu tabularas. Saya merasa punya kewajiban untuk mengisi kertas kosong itu dengan memberikan ilmu pengetahuan yang saya miliki dan berharap mereka menjadi pintar. Saat memberikan tugas saya menugaskan peserta didik untuk mengerjakan sesuai dengan intruksi saya tanpa memberikan kebebasan mereka mengekpresikan pengerjaan tugas itu sesuai dengan bakat dan minatnya. Saya abai dengan bakat minat anak, saya tidak memahami bahwa setiap anak itu memiliki potensi yang dibawanya sejak lahir.

       Dalam pemilihan metode dan model pembelajaranpun masih monoton tidak bervariasi sehingga pembelajaran menjadi tidak menyenangkan. Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan umumnya bersifat teori, jarang sekali dipraktekkan. Peserta didik dijadikan objek pembelajaran bukan subjek pembelajaran.

       Pemahaman saya mulai berubah setelah saya banyak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kurikulum (K13). Pemikiran dan pemahaman saya semakin terbuka saat saya lulus menjadi calon guru penggerak dan memilki kesempatan mengikuti diklat. Dalam kegiatan diklat ini saat saya membaca modul tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan, maka semakin terang benderang,semakin terbuka, dan semakin tahu apa itu Pendidikan dan pengajaran. Bagaimana tugas dan fungsi saya sebagai guru. Apa peran peserta didik dan bagaiman cara saya memandang peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

             Dalam penilain pun saya tidak lagi terfokus kepada penilaian pengetahuan. Sesuai dengan Permendikbud no 23 tahun 2016 bahwa penilaian dalam pembelajaran meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam tujuan pembelajaran diharapakan Peserta didik  kompeten dalam sikap (religius dan sosial),kompten dalam pengetahuan dan kompeten dalam keterampilan. Dalam istilah sunda dikenal lima ‘eur” yaitu  cageur, bageur, beneur, pinteur dan singeur. Jika peserta didik cageur dan bageur artinya dia sudah kompeten dalam sikap sosialnya. Jika peserta didik beneur artinya dia sudah kompeten dalam sikap spiritualnya. Jika peserta didik pinteur artinya dia sudah kompeten dalam pengetahuannya dan jika peserta didik singeur artinya dia sudah kompeten dalam keterampilannya.

  • Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini ?

             Paradigma saya tentang konsep pendidikan dan pengajaran berubah. Peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subjek dalam pembelajaran. Pendidikan dan pengajaran harus berpusat pada peserta didik. Saya tidak hanya mentransfer ilmu tapi peran saya juga sebagai fasilitator. Menjadikan peserta didik bukan sebagai anak yang harus patuh kepada guru, merasa takut jika bertemu guru tapi saya akan menjadikan peserta didik sebagai sahabat, sehingga mereka merasa nyaman saat ingin bercerita apapun tentang dirinya.Peserta didik bukan robot. Mereka adalah manusia ciptaan Allah yang sudah dibekali dengan potensi. Saya sebagai pendidik harus mampu membimbing dan mengarahkan mereka untuk mengoptimalkan potensinya yaitu berupa bakat dan minatnya. Mindset saya tentang peran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar berubah.Membangun karakter peserta didik. Merubah budi pekertinya menjadi lebih baik dengan memberikan teladan yang baik.  Jika bimbingan,arahan dan tuntunan kita tepat maka akan terbentuklah peserta didik yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila.Itulah bentuk perubahan pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1.

  • Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ?

           Yang akan dilterapkan agar proses pembelajaran mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu saya akan menciptakan Merdeka Belajar bagi peserta didik. Mendesign dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan , menarik dan berpusat pada peserta didik . Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman sesuai dengan pertumbuhan kodrat alam dan kodrat zamannya. Memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.situasi dan kondisi yaitu berupa model pembelajaran aktif learning dan kooperatif learning sehingga bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Saya sebagai Pendidik akan memposisikan sebagai teman bagi peserta didik, bukan hanya teman dalam berbagi ilmu tapi juga teman curhat yang dapat memberikan kenyamanan. Menerapkan pendekatan Pendidikan yang holistik dengan membangun tumbuh kembang peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi yang ada pada peserta didik secara seimbang meliputi intelektual, emosi, fisik,sosial,seni dan potensi spiritualnya seiring dalam sebuah harmoni. Menjalin komunikasi aktif dengan pendidik yang lain dan orang tua peserta didik untuk bersama-sama memantau perkembangan peserta didik.

       Dari konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sudah saya lakukan adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik dengan pemilihan model dan pembelajaran yang sesuai.Mendorong peserta didik untuk aktif dalam belajar dan memotivasi mereka.Memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menggali dan mengasah kompetensinya. Membangun Pendidikan karakter yang bertujuan menumbuhkan karakter peserta didik untuk dapat berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi  dan berkolaborasi sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di abad 21. Membangun karakter menciptkan Profil Pelajar Pancasila. Saya akan menerapkan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.