2.1.a.9. Koneksi Antar Materi – Pembelajaran Berdiferensiasi Modul 2.1

Pengajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan bathin. Sedangkan pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi pengajaran dan pendidikan menurut Ki Hajar dewantara adalah usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Adapun tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak,agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses pendidikan dan pengajaran tentunya ada proses pembelajan. Pembelajaran seperti apa yang harus dirancang oleh guru agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai?.Dalam hal ini tentunya guru harus merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Menurut Tomlinson (2001: 45) Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Maka dapat disimpulkan bahwa Menurut Tomlinson (2001: 45) Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemebelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal ( common sense ) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas yang sudah tentu murid-muridnya memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Oleh sebab itu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan guru terlebih dahulu harus merancang pembelajaran dengan memetakan atau mengidentifikasi kebutuhan belajar murid lalu menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang sudah kita petakan. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Guru tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). lalu tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Sebagai contoh ,dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Renjana ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.

  • Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
  • Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.
  • Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.

Apa yang dilakukan oleh Bu Renjana di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal yaitu apabila guru mampu menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi diantaranya Diferensiasi konten, Diferensiasi proses dan Diferensiasi produk. Dan menggunakan alat yang dapat mengukur kesiapan belajar murid (Readines) yang bernama The Equalizer. Kesiapan belajar (readines) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.

Strategi pembelajaran diferensiasi konten bisa dilakukan berdasarkan minat murid misalnya saat belajar tentang teks narasi, guru dapat menyediakan murid-muridnya berbagai teks dengan topik yang disukai murid.

Diferensiasi konten dilakukan berdasarkan profil belajar dapat dilakukan dengan memastikan bahwa murid kita dapat mengakses materi ajar tersebut sesuai dengan gaya belajarnya.

Gaya belajar murid diantaranya :

  • Gaya belajar visual
  • Gaya belajar audio
  • Gaya belajar kinestetik

Diferensiasi Proses mengacu pada bagaimana murid memaknai atau memahami apa informasi/materi yang dipelajari. Guru harus bisa menemukan cara bagaimana kebutuhan murid dapat dipenuhi, proses seperti apa yang harus disiapkan.

Sedangkan diferensiasi produk adalah hasil dari pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh murid kepada kita. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman atau diagram. Produk harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Selain tentang kebutuhan belajar murid, strategi pembelajaran, Lingkungan belajar dan penilaian pun sangat berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran berdiferensiasi. Learaning community atau komunitas belajar dapat secara efektif mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Begitupula penilaian menjadi dasar saat guru mengajar. Lewat proses penilaian guru dapat mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Penilaian akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya), hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Peran guru penggerak yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid, terciptanya budaya positif di sekolah dan dukungan lingkungan belajar serta penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid maka tujuan pendidikan agar murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dapat tercapai.

Posted on Februari 21, 2022, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar